Akhwatmuslimah.com – “Nafisah, Sejak kapan ingin menghafal Qur’an?”, pertanyaan yang pernah saya lontarkan pada gadis kecil ini .
“Sejak TK ustazah, tapi setelah abi meninggal, semakin pengen cepat-cepat ngafal, biar ketemu abi”, jawabnya polos.
Jawaban itu membuat saya terdiam, membayangkan perasaannya yang sejak usia 5 tahun sudah ditinggal abinya karena kecelakaan. Abi nafisa adalah aktivis dakwah PKS yang wafat dalam sebuah kecelakaan. Motor yang ditumpanginya tertabrak.
Nafisa sangat percaya bahwa abinya masuk surga. Dan untuk menemui abinya, ia pun harus masuk surga. Maka Nafisa meninggalkan bangku SD nya untuk menghafal Qur’an. Sebab Nafisa yakin hafalan Al qur’an akan mengantarkannya ke surga untuk menemui abinya.
Setiap bertemu, saya melihat kekuatan pada dirinya lewat senyum manis dan tawanya.. bahkan saat minggu penjengukan, di saat santriwati lain dikunjungi oleh ummi dan abi, ia hanya dikunjungi oleh ummi tercinta, yang jauh berangkat dari tasikmalaya.. namun hal itu tidak menyurutkan semangatnya, tetap tersenyum dan tertawa bersama teman-teman lainnya..
Terlebih saat saya tahu, ia pernah merawat ibunya saat ibunya sulit berjalan pasca kecelakaan.
“Kamu anak pertama yang kuat,” ucap saya dalam hati..
Nafisah Azkia, gadis kecil yang memulai perjuangannya untuk menghafal Qur’an di Mafaza sejak usianya masih 8 tahun. Keinginannya yang kuat membuatnya bersama ibu dan keluarganya mencari-cari tempat yang sesuai untuk menghafal Al-qur’an. Info dari internet menghantarkannya untuk mencoba mendaftar di Mafaza.
Dan disaat memulai ziyadah awal tahun 2015, nafisah dihadapkan berbagai cobaan seperti sakit yang beberapa kali mengharuskannya untuk pulang. Selain itu, nafisah perlu banyak waktu, bahkan berbulan-bulan untuk terbiasa tinggal jauh dari keluarga nya dan terbiasa dengan kebiasaan pondok. Tak jarang para ustadzah membujuknya ketika ia menangis, sulit makan, dll..
Ada cita-cita mulia pada diri gadis munyil ini, di Al-qur’anya tersimpan foto ia bersama ummi dan abi. karena itu kami berusaha tetap menyemangatinya hingga lama kelamaan Nafisah kecil mulai terbiasa mandiri di MAFAZA dan kembali semangat untuk menyelesaikan hafalannya..
Dan biiznillah, alhamdulillah.. nafisah menyelesaikan ziyadah hafalannya dalam waktu efektif kurang lebih satu tahun. Bagi kami, satu tahun bukanlah waktu yang lama untuk anak seusia nafisah menyelesaikan hafalannya, satu tahun bukanlah waktu yang lama untuk anak kecil yang memulai dari nol, ditambah dengan ujian sakit yang sering ia alami..
Hal ini sangat membahagiakan bagi kami para musyrifah karena di usianya yang masih belia, Nafisah sempat menjalani metode leveling, yang mana hal ini sangat berat untuk anak seusianya. Karena metode leveling mengharuskannya untuk setor hafalan secara kumulatif, 5 juz.
Maka ia meningkatkan kesungguhannya, dan pada Selasa, 27 september 2016, gadis mungil ini mempersembahkan tasmi’ ziyadahnya dihadapan para santri, musyrifah dan terkhusus untuk ummi tercinta.
Saat berbicara dengannya, Nafisah mengatakan ingin menghadiahkan ini untuk ummi dan almarhum abi.. juga untuk adik-adiknya.
“Dulu Nafisah masih kecil, belum ingat banyak tentang abi, Nafisa ingin ketemu abi di surga,” ungkapnya lugu dengan mata berkaca-kaca.
Barakallah Nafisah, semoga Allah menjagamu dan keluargamu dan mengumpulkan kalian kelak di surga.. aamiin. [ ]
===
Sumber: Astri Hamidah