Rupanya zat yang bertanggung jawab untuk membuat rambut kita (orang Asia) berwarna hitam adalah zat pigmen yang disebut pigmen melanin. Nah, apabila kita kekurangan pigmen melanin ini atau pigmen kita tidak bekerja dengan benar maka tentu warna rambut akan terganggu, termasuk munculnya uban atau rambut yang berwarna putih itu.
Orang-orang percaya uban pada usia muda disebabkan oleh faktor keturunan (genetika). Namun tunggu dulu, genetika hanya salah satu faktornya saja. Ada beberapa penyebab pigmen melanin tidak bekerja dengan benar, diantaranya adalah kebiasaan merokok, kekurangan vitamin B12 juga karena stres.
Ada juga lho orang yang tubuhnya tidak bisa memproduksi pigemn melanin secara alami, kasus seperti ini biasanya ditemui pada penderita kekurangan pigmen atau disebut albino (albinism). Penyebab lain uban adalah penggunaan zat-zat kimia yang berlebihan pada kepala. Zat kimia ini banyak kita temui pada pewarna rambut dan minyak rambut tertentu.
Solusi ketika uban mulai muncul padahal usia kita masih muda adalah tentu saja dengan menerapkan pola hidup sehat. Perbanyak asupan gizi, hindari rokok, olah raga secara teratur, hindari stres dan kurangi penggunaan zat kimia pada kepala.
Bagaimana dengan Kebiasaan Mencabut Uban?
Eits, jangan sembarangan mencabut uban ya. Tahukah kamu bahwa di balik kulit kepala kita terdapat banyak sekali simpul saraf dan sel-sel penting lain. Mencabut uban (dan rambut lainnya) akan membahayakan saraf dan sel tersebut.
Akibatnya sering kita jumpai orang yang merasa sering pusing dan sakit kepala apabila rambut putihnya dicabut. Tenang saja, rambut putih ini akan rontok dengan sendirinya apabila waktunya telah tiba. Biarkan saja rontok secara alamiah.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Janganlah mencabut uban karena uban adalah cahaya pada hari kiamat nanti. Siapa saja yang beruban dalam Islam walaupun sehelai, maka dengan uban itu akan dicatat baginya satu kebaikan, dengan uban itu akan dihapuskan satu kesalahan, juga dengannya akan ditinggikan satu derajat.” (HR. Ibnu Hibban). [ ]
Sumber: sains.me