Akhwatmuslimah.com – Sebagaimana yang diungkapkan para ulama, ada 4 hal yang menyebabkan seseorang tidak bisa merasakan khauf kepada Allah swt.
Pertama, lupa.
Ketika sifat ini sudah tertanam dalam hati seseorang, maka ia tidak akan mampu lagi berbuat dengan benar. Ia tidak akan mampu merasakan arti dzikir dan tidak akan memahaminya. Allah swt. telah menyebutkan dalam firman-Nya, bahwa sebagian manusia mempunyai hati yang tidak bisa memahami, telinga yang tidak bisa mendengar, dan mata yang tidak bisa melihat.
“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat peringatan bagi orang-orang yang mempunyai hati atau yang menggunakan pendengarannya, sedang dia menyaksikannya.” (Qâf [50]: 37)
Semua manusia dikarunia hati. Diantara mereka memiliki hati yang hidup dengan berdzikir kepada Allah swt., sedang sebagian yang lain memiliki hati yang mati, gelap dan terkunci. Sebagaimana firman-Nya, “Maka apakah mereka tidak memperhatikan Al-Qur’an ataukah hati mereka terkunci?” (Muhammad [47]: 24)
Jika lupa kepada Allah swt. telah mengakar dalam hati seseorang, maka hati tersebut tidak akan mampu lagi mengingat janji dan berdzikir kepada-Nya. Tiada arti sama sekali ketika engkau berusaha menasihatinya, karena hati yang jauh dari Allah swt. tidak mau mendengar nasihat dan memahaminya. Hati tersebut telah tertutup, terkunci dan terjauhkan dari kebenaran tanpa ada kemungkinan sembuh.
Kedua, maksiat.
Hal yang paling kuat menghalangi seseorang dari cahaya petunjuk Allah swt. adalah kemaksiatan. Allah swt. berfirman, “Atau seperti gelap gulita di lautan yang dalam, yang diliputi oleh ombak, yang di atasnya ombak (pula), di atasnya (lagi) awan; gelap gulita yang tindih-bertindih, apabila dia mengeluarkan tangannya, tiadalah dia dapat melihatnya, (dan) barangsiapa yang tiada diberi cahaya Allah, maka tiadalah dia mempunyai cahaya sedikitpun.” (An-Nûr [24]: 40)
Ketika maksiat telah mendarah daging dalam hati seseorang, maka hati akan menjadi keras dan berkarat. Hati akan menjadi sempit, dan tertutup dari hidayah Allah swt.. Tertutupnya hati dari hidayah Allah swt. inilah yang pada akhirnya akan mengantarkan seseorang menuju pintu kekufuran. Hati yang berkarat akan menyebabkan seseorang menjadi hamba yang fasik. Sementara kejenihan hati akan mengantarkan seseorang kepada keimanan.
Dalam kitab shahih Muslim disebutkan bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Wahai para manusia, bertaubatlah kalian kepada Allah dan mintalah ampunan kepada-Nya. Karena sesungguhnya aku bertaubat kepada Allah lebih dari seratus kali dalam sehari.”
Dalam hadits lain yang diriwayatkan Al-Aghra al Muzani, Rasulullah juga bersabda, “Wahai para manusia, bertaubatlah kalian kepada Allah dan mintalah ampunan kepada-Nya, karena sesungguhnya hatiku akan menjadi keras ketika aku tidak meminta ampunan kepada-Nya seratus kali dalam sehari.”
Tentang kerasnya hati, Allah swt. berfirman, “Sekali-kali tidak (demikian), sebenarnya apa yang selalu mereka usahakan itu menutup hati mereka.” (Al-Muthaffifîn [83]: 14). Yaitu, bertumpuknya dosa yang ada dalam hati orang fasik dan kafir.
Ketiga, terlalu berlebihan dalam melakukan hal yang mudah
Perbuatan seperti inilah yang seringkali kita lakukan, seperti membanggakan dunia, memperbanyak harta, dan menomorsatukan dunia dan menduakan akhirat serta kebahagian di sisi Allah swt.
Keempat, menyia-nyiakan waktu
Bentuk perhitungan amal seorang hamba pada hari kiamat yang sangat membebaninya adalah pertanggungjawaban tentang waktunya yang disia-siakan. Kebanyakan umat Islam tidak memanfaatkan waktu dengan baik, bahkan tidak jarang dari mereka terlalu mementingkan dinar dan dirham, sehingga siang malamnya berlalu sia-sia tanpa ibadah yang bermanfaat baginya di akhirat.
Allah swt. berfirman, “Maka apakah kamu mengira bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main, dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami?. Maka Maha Tinggi Allah, Raja yang sebenarnya, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, Tuhan `Arsy yang mulia.” (Al-Mu’minûn [23]: 115-116).
Dalam shahih Bukhari, diriwayatkan dari Ibnu Abbas r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda, “Ada dua kenikmatan yang kebanyakan manusia tertipu olehnya; kesehatan dan waktu senggang.” Ketika Ibnu Taimiyyah ditanya tentang obat penyakit syubhat dan hawa nafsu, beliau menjawab, “Hal yang paling mungkin menyembuhkan penyakit tersebut adalah menyempurnakan kewajibanmu, secara lahir dan batin.”
Allah swt. berfirman, “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku, niscaya Aku akan ingat kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari nikmat-Ku.” (Al-Baqarah [2]: 152).
Aku menasihatimu dan diriku sendiri agar dapat senantiasa mengisi waktu dengan berdzikir kepada Allah swt. [ ]
=====
Sumber: yudha1453