Akhwatmuslimah.com – Qarun berjalan di jalanan dengan membawa hartanya, memamerkan hartanya kepada orang banyak. Apa reaksi orang banyak terhadap Qarun dan hartanya? Simak reaksi mereka dalam Al Qur’an. Simak dan telaah. Reaksi manusia terhadap harta dari dulu dan sekarang sama. Manusia memang suka terhadap harta. Berbagai reaksi kaum Qarun terhadap harta, sama dengan reaksi kita. Kaum Qarun adalah manusia juga. Manusia dari dulu sampai sekarang tabiatnya sama. Ini sebabnya peristiwa Qarun menjadi pelajaran bagi kita juga.
Al Qur’an menceritakan reaksi dua macam manusia, yaitu yang menjadikan dunia sebagai tujuan utama. Dan satu lagi, yaitu reaksi mereka yang diberi ilmu dan iman. Dua reaksi yang bertolak belakang. Ilmu membuat perbedaan.
“Maka keluarlah Qarun kepada kaumnya dalam kemegahannya. Berkatalah orang-orang yang menghendaki kehidupan dunia: “Moga-moga kiranya kita mempunyai seperti apa yang telah diberikan kepada Qarun; sesungguhnya ia benar-benar mempunyai keberuntungan yang besar”. (QS. Al Qasas : 79)
“Berkatalah orang-orang yang dianugerahi ilmu: “Kecelakaan yang besarlah bagimu, pahala Allah adalah lebih baik bagi orang-orang yang beriman dan beramal saleh, dan tidak diperoleh pahala itu, kecuali oleh orang-orang yang sabar”. (QS. Al Qasas :80)
Apa reaksi mereka yang menjadikan dunia sebagai tujuan utama? Apa sikap mereka terhadap harta Qarun? Apa sikap mereka melihat gemerlap harta Qarun yang melimpah ruah? Apa reaksi mereka? Apa reaksi hati mereka? Mereka berkata: duhai seandainya kami memiliki harta sebanyak Qarun, dia benar-benar orang beruntung. Mereka ingin menjadi kaya seperti Qarun, mereka menjadikan Qarun sebagai contoh teladan untuk kesuksesan. Mereka menganggap Qarun adalah model orang beruntung, karena kaya raya. Mereka menganggap sukses adalah banyak harta. Inilah mindset orang yang mengagumi dunia, yang menjadikan dunia sebagai tujuan utama, yang harus dikejar dan dimiliki. Sepertinya hari ini banyak yang menganut mindset seperti ini. Mereka menganggap orang kaya sebagai model. Mereka menganggap orang yang beruntung adalah orang yang kaya raya, mereka ingin meraih sukses dengan kaya raya. Maka kita lihat yang menjadi idola mereka adalah konglomerat dan para pemilik harta banyak. Bukan orang shaleh. Hari ini kita diajak mengagumi orang-orang kaya, dibandingkan mengagumi orang-orang shaleh. Kita diajak fokus ke dunia. Ketika mereka ingin lepas dari hujatan, mereka akan mengidolakan orang shaleh, tapi orang shaleh yang kaya.
Akhirnya kita bertanya, apa yang menjadi ukuran sukses bagi mereka? Mereka yang kaya atau yang shaleh? Ketika menceritakan tentang sejarah Nabi Muhammad, yang disoroti adalah kekayaannya. Bukan shalatnya. Mana yang menjadi tujuan utama dakwah Nabi ? Apakah mengajak orang menyembah Allah, atau menjadi kaya? Para sahabat Nabi yang kaya raya, apakah mereka mulia karena kaya, atau karena keshalihan mereka?
Banyak mengajak kepada mazhab Qarun, tapi menggunakan kisah para sahabat Nabi dan orang-orang shaleh tapi kaya. Tapi yang dikedepankan menjadi model adalah sahabat Nabi yang kaya. Hanya satu aspek yang dibahas, yaitu kaya. Mereka menilai dengan kacamata materi. Padahal yang wajib ditiru adalah ibadah mereka, bukan kayanya. Akhirnya kaya menjadi tujuan utama, kaya menjadi dambaan utama. Tak beda seperti pengagum Qarun. Meski berdalil agama. Ketika kita ditanya apakah kalian kagum kepada Qarun? Tidak. Tapi nyatanya, dunia menjadi tujuan utama. Nyatanya kita menjadikan orang shaleh yang kaya sebagai model orang sukses. Kita anggap si miskin adalah gagal. Mari kita tengok hati kita sendiri, kita periksa apakah kita mengagumi orang kaya karena kekayaan mereka? [ ]
====
Sumber : @syarifbaraja