Akhwatmuslimah.com – Sudah jama’ bila orang mengagumi Aisyah ra. sebab kecerdasannya, sudah jama’ mereka mengagumi Khadijah ra., Fatimah ra. dan serentet yang lain. Tapi jiwa perempuanku terusik dengan sosok lain, sebuah sosok yang ehm.. romantis,cerdas dan teguh, setidaknya menurutku.
Nama aslinya dalam sejarah tidak banyak terungkap. Ada yang mengatakan al-Ghuamayda binti Milhan. Ummu Sulaim begitu saja kita sebut beliau.
1. Perempuan Teguh
Coba simak bagaimana perempuan ini meyakini kebenaran yang datang padanya. Ia ikuti dengan penuh kemantapan, meninggalkan suaminya yang saat itu kafir, Malik. Dibawanya serta anaknya anas bin Malik mengikuti manusia Agung bernama Muhammad, berhijrah. tidak mungkin bila ia seorang permpuan yang labil,
penuh keraguan, diletakkannya kecintaannya pada manusia yang bersamanya ia mereguk cinta kemanusiaannya. Ditukarnya dengan cinta hakiki yang lebih membuatnya bergairah. Tidak mungkin bila ia sorang yang penuh dengan ketergantungan pada manusia. Ah, ummu sulaim. Bukan itu saja. Simak bagaimana ia masih tetap bertahan dengan keteguhannya tatkala seorang saudagar kaya namun kafir di Madinah, abu Thalhah melamarnya. Bukankah ia lagi-lagi tidak hendak menukar syahadatnya dengan tujuh kebun kurma milik Abu Thalhah? bukankah ia hanya berucap; cukuplah keislamanmu sebagai maharku, wahai Abu thalhah! ah, Ummu sulaim…….mungkinkah itu diucapkan seorang perempuan yang cinta dunia? padahal ummu sulaim seorang “single mother” saat itu. Bagaimana itu tidak menggetarkan seorang laki-laki ?dan keteguhan itulah yang menjadi perantara hidayah untuk Abu Thalhah.
2. Perempuan Pendidik
Saat hijrah bersama putranya, diserahkannya Anas bin Malik pada Rasulullah, dididik oleh seorang yang dicintai Allah. Disuruhnya sang putra belajar dari manusia agung itu.dan setiap pulang ditanyainya putranya mengenai “pelajaran” yang didapatnya dari Rasulullah hari itu.
Diajarkannya pula pada Anas untuk menjaga rahasia Rasulullah sebaik-baiknya termasuk pada dirinya. Jadilah Anas bin Malik seorang yang paling banyak meriwayatkan hadits-hadits Rasulullah. Bagaimana itu dapat dilakukan kecuali oleh perempuan-perempuan yang berjiwa pendidik?
Bukan itu saja. Simak, kira-kira saat Abu Thalhah masuk Islam, bukankah Ummu Sulaim pasti “lebih faham” mengenai dien? mungkin dalam konteks sekarang Abu Thalhah saat adalah seorang Mu’allaf. Dibimbingnya suaminya dengan keteguhan yang dia miliki. Dengan kehendak Allah, jadilah Abu Thalhah satu dari 10 orang yang dijamin masuk sorga, menjadi saudagar yang dermawan. Bagaimana hal itu dapat dilakukan kecuali oleh istri-istri yang teguh, cerdas,tidak materialis, dan penuh kesabaran? jadi, bukankah baik untuk belajar bahwa setiap perempuan muslim wajib siap menjadi ummu sulaim-ummu sulaim yang menjadi pendukung kebaikan dunia-akhirat keluarganya? Ah, Ummu sulaim….
3. Perempuan Cerdik Nan Romantis
Dalam bayanganku, Ummu sulaim pastilah seorang yang faham betul pada posisinya sebagai perempuan. Ia pendidik, ia seorang istri dan ibu yang pendidik. Pasti semua muslim pun tahu bagaimana kisahnya saat mengabarkan kematian putranya pada suaminya (Abu Thalhah). Lagi-lagi, pastilah Ummu Sulaim bukan seorang istri (perempuan) yang reaktif, mudah gugup, cengeng dan penakut. Ummu Sulaim (dalam konteks sekarang) mempunyai kecerdasan emosional tinggi, psikologisnya matang dan ia faham pula psikologis orang lain. Beliau mampu mengendalikan rasa sedih, mengendalikan ucapannya, tenang, mengambil keputusan yang tidak gegabah, dan beliau siap dengan resiko dari keputusan yang diambilnya (wajar bukan bila Abu Thalhah marah yang menganggap istrinya “terlambat” memberi tahu bahwa putranya meninggal?)
Lihat bagaimana Ummu Sulaim melakukan kewajibannya terlebih dahulu, memanage perasaannya dengan melayani suaminya dihari pertama pulang perang, melepaskan kepenatan suaminya. Ah, Ummu Sulaim yang romantis dan tenang…! Tidak mungkin perilaku-perilaku terpuji itu dilakukan perempuan-perempuan yang kurang “mengenal” Tuhannya, yang memaknai cobaan dari Tuhannya sebagai cinta!
Ia tidak langsung mengabarkan hal-hal jelek yang terjadi dirumah begitu suaminya pulang “kerja”, seperti yang sering dilakukan kebanyakan istri saat ini, mendamprat dan meraung-raung sebab marah pada suaminya ,bahkan sebelum suaminya sempat melepas sepatu! Waduh!
Dan Rasulullah membenarkan apa yang dilakukan Ummu Sulaim serta mendo’akan beliau dan suaminya agar memperoleh keturunan yang banyak dan sholeh setelah hari itu. Dan ? keturunan mereka selanjutnya adalah pejuang-pejuang Sholeh dijalan Allah. Subhanallah.
Ah!!! seandainya aku dan perempuan-perempuan Muslim bisa meneladaninya. Betapa rumah tangga-rumahtangga kami adalah surga. Betapa kami (jika mau belajar darinya) adalah perempuan-perempuan yang pendidik, pendidik yang teguh dan romantis. Perempuan yang paham betul perannya sebagai pribadi, istri, ibu. Dari rahim perempuan-perempuan seperti itulah lahir benih-benih peradaban. Ummu Sulaim perempuan yang hanif dan menghanifkan, teguh dan meneguhkan, cerdas dan mencerdaskan. Karakternya jelas, mempunyai visi dan misi hidup yang jelas sehingga hidupnya teratur dan yakin pada pertolongan Rabbnya Ini ia profil idola perempuan. Semoga ada Ummu Sulaim-Ummu Sulaim hari ini. Mari menjadikan kita salah satunya!
Wallahu a’lam bishshawwab
Sumber : kafemuslimah.com