Akhwatmuslimah.com – Sore itu ane terlibat pembicaraan singkat dengan salah seorang ikhwah. Dia darah muda, mahasiswa, kalau tak salah berusia 24 tahun dan belum lama menikah. Dan kini tengah nikmat-nikmatnya merasakan kesibukan berumahtangga dan ma’isyah.
Di depan ane yang bujang ini, dia mengungkapkan rasa keprihatinannya melihat generasi muda Islam yang kerjaannya keluyuran ke sana kemari tak jelas. Begadang tiap malam ngobrolin persoalan remeh temeh. Atau mungkin rajin main facebookan, rajin update status dan komen-komen. Menurutnya, semua kegiatan gajebo tersebut hanya bisa diatasi dengan nikah.
Nah, dari sekian kegiatan di atas tadi, ane jadi tertarik untuk mengamati penilaian dia terhadap para aktifis facebook bujang yang tak nikah-nikah, melalui kajian korelasi antara rendahnya tingkat keaktifan berfacebook ria dengan kesibukan berumahtangga. Apakah benar mereka yang tadinya aktif dakwah di FB akan pensiun dakwah di jejaring sosial tersebut paska nikah. Atau tidak ada kaitan sama sekali antara tingkat keaktifan dakwah di FB dengan aktifitas RT. Ini hanya analisis sederhana, renyah dan easy yang coba ane lakukan lewat perenungan sekejap mata terhadap sedikit ikhwah aktifis FB yang kemudian tenggelam dari FB usai nikah. So, tingkat validitasnya boleh dipertanyakan.
Kawan ane satu kampus yang juga teman di FB, sudah sekian lama ini tak terlihat di FB paska nikah. Kulihat update status dan aktifitas terakhirnya di FB 1 tahun lalu. Itu berarti hanya beberapa saat setelah dia nikah. Kini dia tengah sibuk-sibuknya mengajar di SDIT, kampus, ngisi kajian di masjid juga tentu saja berumahtangga. Apa benar dia sama sekali ga sempat untuk berfaceboook ria lagi karena kesibukan tadi. Atau menurutnya FB ria hanyalah kerjaan tak bermanfaat.
Masih kawan ane, yang ane sebutkan di paragraph awal, juga ane amati mengalami hal serupa. Tak terlihat batang hidungnya di FB semenjak 3 bulan nikah. Padahal di FB kulihat dia gemar update status nasihat, ungkapan-ungkapam mutiara dan dalil-dalil. Chatting dengan orang arab. Upload foto kegiatan dll. Namun seperti yang ia ungkapkan di atas, FB menurutnya merupakan kerjaan orang-orang bujang terlantar tak ada kesibukan. So, mulai saat itu dia tak mau muncul lagi di dunia maya. Dan lebih memilih meninggalkanya untuk kemudian menyibukkan diri ma’isyah dan mengajar. Demi mencitrakan diri sebagai pemuda sebenarnya.
Lagi kawan ane satu kerjaan. Awalnya memang dia bukanlah aktifis FB. Mungkin dalam sebulan dia hanya terlihat di FB tak lebih dari 3 kali. Namun saat dia nikah, intensitasnya jauh berkurang. Atau kalau tak salah dia malah sama sekali tak pernah nongol di FB. Kuperhatikan sejak menikah, tidak hanya aktifitas FB nya yang lenyap tapi juga ngajarnya yang terbengkalai. Dia pergi kesana kemari cari duit alias dagang cari nafkah.
Sekejap saja renungan itu kemudian hampir membuat ane memberikan kata sepakat dengan penilaian kawan ane di atas, bahwa FB hanyalah pelampiasan orang-orang bujang terlantar dari ketidakmampuan atau ketidakberanian untuk menikah. Namun ane tak mau berhenti pada ketiga kawan di atas. Karena rupanya ane punya beberapa kawan yang membuktikan sebaliknya, tetap aktif di FB meski sudah nikah.
Dia kakak kelas ane di Kampus. Nikah di usia 25 kalau tak salah. Saat masih lajang, boleh dibilang dia facebooker islamy. Mungkin hampir tiap hari dia update status dakwah. Dan kesibukannya di dunia FB itu rupanya tak berkurang saat berganti status menjadi ‘pria laku’. Aktifitasnya di dunia nyata juga seabrek. Kerja, aktif di organisasi, dakwah dan tentu saja ngurus rumah tangga. Namun, dia juga tak lupa untuk up date status.
Masih dengan kakak kelas ane yang lain. Sebelum nikah, dia tergolong rajin muncul di FB. Up date status hasil pertandingan bola. Komen status orang lain. Upload foto kegiatan, dll. Sejak nikah, rupanya dia masih doyan ngributin bola di FB. Komen status orang lain dan upload foto mesra bersama istri.
Terakhir, kakak kandung ane sendiri. Semasa bujang, hampir tiap saat dia update status. Setelah aktifitas dia tidak lupa up date status. Camping, kuliah, kerja dan bahkan mau tidur dia up date status dulu. Namun, intensitasnya di FB, justru kian bertambah sejak nikah. Coz, aktifitasnya kini bertambah, yakni ngurus anak dan istri. Jadi dia pun juga harus tambah statusnya tentang aktifitas rumah tangga. Dan masih banyak lagi mereka-mereka yang masih setia jadi facebooker meski sudah berstatus kawin.
Jadi kawan, rupanya penilaian teman ane di atas tidak sepenuhnya tepat. Jika ane cermati, fenomena hilangnya seseorang dari FB karena sibuk berumah tangga setelah sebegitu seringnya dia muncul di FB sebelum nikah, boleh jadi karena selama ini dia aktif di FB hanya untuk TePe-TePe (Tebar Pesona). Up date status nasihat, ungkapan mutiara dll yang dilakukanya ibarat seseorang yang berupaya menghiasi halaman rumahnya dengan tanaman untuk menarik kaum hawa datang dan penasaran dengan pemilik rumah tersebut. Dan belum tentu isi rumahnya seindah halaman rumahnya. Sehingga saat ada seorang akhwat yang jatuh hati padanya dan bersedia hidup di rumahnya, dia tidak lagi perlu untuk TePe-TePe.
Namun mereka yang eksis di FB menyebarkan seruan dakwah melalui status nasihat, doa, dalil-dalil dll, jika memang itu ikhlas dan tulus tentu saja akan tetap berlanjut meski dia telah nikah. Karna tentu saja, dalam hal ini, Jaka Sembung akan berkata “tak ada ada kaitannya antara intensitas dakwah di FB dengan kesibukan rumah tangga, aliasga nyambung jek” Dakwah ya dakwah, rumah tangga ya rumah tangga.
Dari situ sedikit ane bisa simpulkan bahwa ketulusan seseorang dalam mendakwahkan Islam di FB bisa terbaca dari komparasi intensitasnya di jejaring sosial tersebut pra dan paska nikah. Jadi apakah benar selama ini di FB dia mendakwahkan Islam atau justru hanya mendakwahkan dirinya yang seperti kata Wali ‘tak laku-laku’ ? Nah silakan kawan jawab sendiri pertanyaan ini. Wallahua’lam bish showab. [ ]
======
Sumber : tsaqofah-alfatah