Akhwatmuslimah.com – Amat penting!
Dulu pun saya tertipu dengan kisah ini…
Dari Dr. Shalih Al Ushaimy (Dosen Universitas Islam Imam Muhammad bin Saud, Kerajaan Saudi Arabia, Jurusan Aqidah):
Apakah Umar bin Al Khaththab radhiyallahu ‘anhu benar-benar telah mengubur hidup putrinya pada masa jahiliyah?
Jawabannya: Tidak..
Memang presespsi itu muncul kebanyakan dari khathib, atau ustadz/dai, bahwasannya Umar bin Al Khaththab telah mengubur putrinya pada masa jahiliyah dan kita semua selalu mendengarkan kisah tersebut melalui mimbar-mimbar dalam sesi-sesi kuliah dan ceramah..
Singkat kisah yang tersebar di masyarakat:
******
Adalah, bahwa Umar bin Al Khaththab radhiyallah ‘anhu suatu hari tengah duduk bersama para shahabat yang lain. Ia tiba-tiba tertawa ringan, lalu ia menangis. Kemudian, ada yang bertanya padanya apa yang telah terjadi.
Umar (radhiyallaahu ‘anhu) menjawab: “Dahulu, pada saat jahiliyah, kami membuat berhala sesembahan dari adonan roti. Kemudian suatu saat kami memakannya, itulah sebabnya aku tertawa.
Adapun sebab tangisku, karena dahulu, aku punya putri kecil dan aku terobsesi untuk menguburnya, kemudian aku ajak dia pergi dan aku menggali untuknya sebuah liang lahat, padahal pada saat itu ia menarik-narik jenggotku, tapi aku segera menguburnya hidup-hidup.”
******
Sungguh heran, Anda akan mendapatkan orang awam yang tidak paham Islam sedikitpun dan tidak hapal ajaran- ajaran agama, tapi dia hafal kisah Umar yang mengubur putrinya!
Realitasnya, kisah ini adalah tidak relevan dan para dai/ustadz bertanggung jawab atas ini. Sebenarnya kisah ini direkayasa dan disematkan kepada Amirul Mukminin Umar bin Al Khaththab radhiyallah ‘anhu..
Keganjilan tersebut terdapat, ketika sebenarnya tidak ada rujukan ilmiah yang dalam literatur As Sunnah, maupun hadits, atau sumber atsar, atau buku-buku sejarah.
Dan, tidak diketahui sumber rujukan kisah itu, kecuali dari kebohongan kisah Syi’ah Rafidhah yang penuh dengan kebencian, bahkan tanpa bukti dan tanpa otentitas yang jelas.
Sepantasnya, hal itu harus divalidasikan dengan sumber literatur yang otentik dan meyakinkan. Namun, kita tidak memiliki sumber referensi valid yang menyatakan, bahwa Umar bin Al Khaththab radhiyallah ‘anhu benar-benar melakukan hal tersebut.
Kepalsuan kisah itu semakin jelas dengan analisa berikut ini:
[1] – Seperti diketahui bersama, bahwasanya Umar bin Al Khaththab radhiyallah ‘anhu pertama kali menikah dengan Zainab binti Mazh’un, saudari Utsman (bin Mazh’un); darinya lahirlah Hafshah, Abdullah, Abdurahman ‘yang tertua’.
Sebagaimana disebutkan dalam Kitab Al Bidayah wa Nihayah karangan Ibnu Katsirrahimahullah:
Al Waqidy dan Ibnul Kalby dan selain dari keduanya berkata:
“Umar menikahi Zainab binti Mazh’un, saudari Utsman bin Mazh’un, kemudian ia melahirkan untuknya anak yang bernama: Abdullah, Abdurahman Al-Akbar (yang tertua) dan Hafshah radhiyallah ‘anhum.
Dan, Hafshah lahir lima tahun sebelum kerasulan, sebagaimana dinukil dari Kitab Al Mustadrak dan lainnya.”
Riwayat dari Umar radhiyallah ‘anhu:
“Hafshah lahir, ketika Kaum Quraisy memperbaiki pembangunan Ka’bah, yaitu lima tahun sebelum kerasulan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, dengan demikian ia adalah putri tertua Umar bin Al Khaththab radhiyallahu ‘anhu.”
Pertanyaannya adalah:
Mengapa Umar bin Al Khaththab radhiyallah ‘anhu malah belum mengubur Hafshah radhiyallah ‘anha, padahal dia adalah putri tertuanya?
Dan dengannya pula, Umar dikun-yahkan sebagai Abu Hafshah?
Lalu, mengapa Umar mengubur yang lebih muda dari Hafshah radhiyallahu ‘anha?
Kenapa terhapus berita, siapakah sebenarnya yang dikuburkan, bahkan tidak satupun dari kerabat yang mengisahkan hal serupa dan kita tidak menemukan namanya diurutan nama-nama putra putri Umar bin Al Khaththab radhiyallahu ‘anhu?
Para Ulama telah mencantumkan nama-nama mereka seluruhnya dan menyebutkan nama istri-istri Umar bin Al Khaththab pada masa jahiliyah dan masa Islamnya, namun apa yang kami telah teliti belum diketahui secara pasti satupun sumber rujukan yang membuktikan validitas dalam kasus ini.
Lihat biografi Ummul Mukminin Hafshah radhiyallah ‘anha dalam Kitab Al Ishabah fie Tamyizi Shahabah, vol. 7 hal 582, karya al Hafidz Ibnu Hajar.
[2] – Keluarga besar Umar Al Faruq, yaitu Bani ‘Ady tidak terkenal istiadat mengubur anak perempuan, sebagai bukti, bahwa saudari Umar bin Al Khathtab radhiyallahu ‘anhu yang bernama Fathimah masih hidup, kemudian menikah dengan Said bin Zaid radhiyallahu ‘anhu, putra paman Umar bin Al Khaththab radhiyallahu ‘anhu.
[3] – Setelah riset dalam kitab-kitab hadits dan takhrij, saya tidak menemukan rujukan, kecuali dalam kitab-kitab Rafidhah (Syi’ah).
Sehingga, nihilnya narasumber yang berasal dari kitab-kitab Sunnah, hadits, atsar, serta buku-buku sejarah itu merupakan sebuah bukti absah terhadap kebohongan kabar tersebut.
Dengan demikian, cerita-cerita yang dpt ‘membunuh karakter’ para shahabat Rasulullahshallallahu ‘alaihi wasallam banyak sekali, yang seharusnya mereka terbebas dari hal itu.
Itu sebabnya, mengapa seseorang harus meneliti kembali dan memiliki kepekaan darimana ia mengambil sumber pengetahuan/ilmu.
============
| Alih bahasa oleh: Hasbi NM, Lc.
| Sumber: Status Ustadz Ikrimah Yazed Attamimi
| Dengan sedikit edit oleh: Abu Layla Supry