Dajjal adalah sesosok laki-laki dari anak Adam yang memiliki sejumlah sifat sebagaimana disebutkan dalam hadits-hadits shahih. Rasulullah shallallohu’alaihi wasallam banyak menyebutkan Dajjal beserta sifat-sifatnya agar manusia mengetahui dan berhati-hati dari makhluk ini, sehingga apabila kelak ia muncul, kaum mukminin dapat mengenalnya serta tidak terfitnah olehnya.
Bahkan karena besarnya fitnah Dajjal, Rasulullah berwasiat untuk kita selalu berlindung dari kejelekannya di setiap akhir shalat sesudah tasyahhud akhir. Rasulullah bersabda:
“Apabila salah seorang diantara kalian selesai dari tasyahud akhir mintalah perlindungan dari empat perkara. Ucapkan: Ya Allah aku berlindung kepada-Mu dari adzab neraka Jahannam, dan dari adzab kubur dan dari fitnah kehidupan dan kematian dan dari kejelekan titnah Al-Masih Ad-Dajjal. Kemudian berdoalah untuk dirinya apa yang tampak baginya (untuk dia minta).” (HR. Muslim, Abu ‘Awanah, An-Nasai dan Ibnul Jarud)
Aisyah Ra, mengabarkan bahwa Rasulullah saw selalu berdoa dalam shalat: “Ya Allah, sungguh aku berlindung kepada Mu dari siksa kubur. Dan aku berlindung kepada Mu dari fitnah Al-Masiih Dajjal. Dan aku berlindung kepada Mu dari fitnah ketika hidup dan fitnah setelah mati. Ya Allah, sungguh aku berlindung kepada Mu dari dosa dan hutang.” (Al-Bukhari dan Muslim)
Diantara sifat Dajjal, dia adalah seorang pemuda. Kulitmya merah, berbadan besar, pendek, berambut keriting, dahinya lebar, pundaknya bidang, mata sebelah kanan buta, dan matanya ini tidak menonjol keluar juga tidak tenggelam, seolah-oleh buah anggur yang masak (tak bercahaya) dan matanya sebelah kiri ditumbuhi daging yang tebal pada sudutnya. Di antara kedua matanya terdapat tulisan huruf kaf, fa’, ra’ secara terpisah, atau tulisan “kafir”, yang dapat dibaca oleh setiap muslim yang bisa menulis maupun yang tidak bisa menulis. Dan di antara tandanya lagi ialah mandul, tidak punya anak. Semua sifat-sifat ini disebutkan dalam sabda-sabda Rasulullah shallallohu’alaihi wasallam.
Apakah makhluk ini sudah ada wujudnya? Dimanakah ia sekarang? Kisah Tamim Ad-Dari Ra akan menjawab pertanyaan ini…
Tamim Ad-Dari Shahabat Yang Pernah Berjumpa Dajjal
Tamim Ad Dari adalah orang yang pernah bertemu dengan Dajjal, sesungguhnya Dajjal sudah ada sejak Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam masih hidup, namun ia dibelengguh oleh Allah subhanahu wata’ala di suatu tempat. Tamim Ad Dari adalah seorang nasrani namun ia mendatangi Rasulullah untuk berbaiat dan masuk islam dan menceritakan semua kejadian yang ia lihat mengenai Dajjal, namun Rasulullah sudah mengetahui tentang Dajjal sebelum disampaikan langsung oleh Tamim Ad Dari. Berikut kisahnya :
Dari Fatimah binti Qois ia berkata, “Aku mendengar penyeru Rasulullah`Shallallahu’alaihi wasallam menyeru, ‘Ash Sholatu jaami’ah !’ Lalu aku pun keluar menuju masjid dan sholat bersama Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam. Aku berada pada shof wanita yang ada di belakang laki-laki secara langsung. Maka tatkala Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam telah menyelesaikan sholatnya beliau duduk di atas mimbar sambil tertawa seraya bersabda “Hendaklah setiap orang duduk di tempatnya masing-masing.”
Kemudian beliau bersabda, “Tahukah kalian mengapa aku mengumpulkan kalian? Mereka menjawab, Allah dan Rasul-Nya lebih tahu.”Beliau bersabda, “Demi Allah, sesungguhnya aku tidaklah mengumpulkan kalian untuk memberikan anjuran atau ancaman. Akan tetapi, aku kumpulkan kalian karena Tamim Ad Dari tadinya adalah seorang Nashrani lalu ia datang untuk berbaiat dan masuk islam. Ia menceritakan kepadaku dengan cerita yang sesuai dengan apa yang pernah aku ceritakan kepada kalian tentang Al Masih Ad Dajjal.
Ia bercerita kepadaku bahwa ia berlayar dengan menggunakan kapal laut bersama tiga puluh orang dari Bani Lakhom dan Judzam, lalu badai mengombang-ambing mereka selama sebulan lamanya. Kemudian mereka berlabuh di sebuah pulau yang berada di tengah laut hingga matahari terbenam. Mereka pun duduk disampan-sampan kecil dan masuk ke dalam pulau. Disana mereka bertemu dengan makhluk ahlab (yang berambut banyak dan sangat tebal) yang dipenuhi dengan bulu yang tidak diketahui mana depan dan belakangnya karena sangat banyak rambutnya, mereka berkata, “Apakah engkau ini? Ia berkata, ” Aku adalah Jassasah.” Mereka bertanya kembali,”Aapakah Jassasah itu?” Ia berkata, “Wahai kaum! pergilah kepada orang yang berada di addair (rumah ibadah) itu, karena ia sangat ingin mengetahui kabar kalian.”
Tamim berkata, “Ketika Jassasah menyebutkan kepada kami (tentang) seseorang, kami merasa takut jika ia adalah setan wanita, lalu kami pun pergi dengan cepat hingga masuk ke dalam addair. Ternyata di dalamnya terdapat orang yang sangat besar badannya yang belum pernah kami lihat sebelumnya. Ia terikat dengan kuat, kedua tangannya disatukan dilehernya dan antara dua lutut sampai dua mata kakinya dengan besi.Kami berkata,”Celaka, apakah engkau ini?” Ia berkata, “Kelak kalian akan mengetahui kabarku, maka kabarkan kepadaku siapakah kalian?” Mereka berkata,” Kami berasal dari bangsa Arab. Tadinya kami berlayar dengan kapal laut, tiba-tiba datanglah badai hingga mengombang-ambing kami selama sebulan, kemudian kami berlabuh ke pulaumu ini. Lalu kami duduk di sampan-sampannya dan masuk ke dalam pulau dan bertemu dengan mahluk yang dipenuhi dengan bulu, sehingga tidak diketahui mana depan dan belakangnya. “Kami berkata, “Apakah engkau ini?” Ia menjawab, “Aku adalah Jassasah .” Kami berkata, “Apakah Jassasah itu?” Ia berkata, “Pergilah kepada orang ini yang berada di dalam addair karena ia sangat ingin mengetahui kabar kalian.”Maka kami segera pergi kepadamu dan merasa takut darinya. Jangan-jangan ia adalah setan.”
Lalu Dajjal berkata, “Kabarkan kepadaku mengenai pohon kurma yang berada di Baisan (Yaqut Al Hamawi berkata, Ia adalah sebuah kota yang berada di Yordania dan terletak di semenanjung Syam, ada yang berkata bahwa ia adalah lidahnya bumi yang terletak antara Hauron dan Palestina). Kami berkata, “Mengenai apanya? Ia berkata,” Mengenai pohonnya, apakah masih berbuah?” Kami berkata, “Ya, Masih.” Ia berkata,”Sesungguhnya hampir-hampir ia tidak berbuah lagi.”
Ia kembali bertanya, “Kabarkan kepadaku tentang danau Thobariyah!” Kami berkata, “Mengenai apanya?” Ia berkata, “Apakah masih ada airnya?” Mereka menjawab, “Airnya masih banyak.” Ia berkata, “Sesungguhnya hampir-hampir airnya akan habis.”
Ia berkata lagi, “Kabarkan kepadaku mengenai mata air Zughor (Kota kecil yang terkenal di kota Syam)!” Mereka berkata, “mengenai apanya? Ia berkata, “Apakah masih ada airnya dan apakah penduduknya masih mengairi tanamannya dengan mata air itu?” Kami berkata,”Ya, airnya banyak dan penduduknya masih mengairi tanamannya dengan mata air tersebut.”
Ia berkata, “kabarkan kepadaku tentang seorang Nabi yang ummiy, apa yang telah ia lakukan?” mereka berkata,”Ia telah keluar dari Makkah dan pergi ke Madinah.”
Ia berkata, “apakah orang-orang Arab memeranginya?” Kami berkata “Ya.”
Ia berkata, “Lalu apa yang ia lakukan terhadap mereka.” Lalu kami mengabarkan kepadanya bahwa Nabi itu telah menguasai daerah sekitar Madinah dan ditaati.”
Ia berkata, “Itu sudah terjadi?” kami berkata “Ya.”
Ia berkata, “Sesungguhnya itu lebih baik bagi mereka untuk mentaatinya, dan sesungguhnya aku akan mengabarkan tentang diriku. Aku adalah Al Masih dan sesungguhnya sebentar lagi aku akan keluar dan mengelilingi bumi. Tidak ada satu daerah pun kecuali aku datangi selama empat puluh malam kecuali Makkah dan kota Thoyyibah (Madinah). Sebab keduanya diharamkan. Acap kali aku ingin memasuki salah satu dari kota tersebut, para malaikat menghadangku dengan menghunuskan pedangnya untuk mencegahku, dan pada setiap jalan masuk terdapat malaikat yang menjaganya.”
Fatimah berkata,”Rasulullah shallallahu’alaihi wasallam bersabda sambil menghentakkan tongkatnya di mimbar, “Kota ini adalah Thoyyibah, yakni Madinah. Bukankah aku telah menyampaikannya kepada kalian?” Orang-orang menjawab, “Ya” (Rasulullah berkata), “Aku sungguh heran dengan hadits Tamim Ad Dari yang sesuai dengan yang aku ceritakan kepada kalian dan tentang Makkah dan Madinah. Ketahuilah bahwasanya ia berada di laut Syam atau Yaman, lalu ia keluar dari arah Timur, dari arah Timur. Beliau menunjuk dengan tangannya ke arah Timur.” Fathimah berkata, “Aku hafal kisah tersebut dari Rosulullah Shallallahu’alaihi wasallam.” (HR. Muslim).