Akhwatmuslimah.com – Pak Ustadz saya ingin menanyakan masalah takdir. Saya pernah mendengar bahwa takdir Allah itu ada yang bisa diubah. Kalau saya saat ini ingin pindah kerja, saya berdo‘a sama Allah untuk bisa dapat pekerjaan baru, dan juga saya mencoba melamar ke berbagai perusahaan. Apakah Allah akan merubah ketentuannya? Soalnya saya merasa di kantor saya saat ini, saya kurang merasa berkembang dan banyak menganggurnya. Sebelumnya saya pernah melamar di tempat lain juga dan jumlahnya sudah banyak. Mungkin pada saat itu saya belum benar-benar berikhtiar.
Saya pernah baca firman Allah bahwa “Allah tidak akan merubah suatu kaum apabila kaum itu sendiri tidak merubahnya.” Berdasarkan dalil tersebut saya berkeyakinan, bahwa saya bisa mendapatkannya. Mohon penjelasan Bapak Ustadz secara detil mengenai takdir Allah itu. Terima kasih sebelumnya Pak Ustadz.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Jawaban
Assalamualaikum wr. wb. Taqdir Allah adalah ketentuan yang telah Allah tetapkan. Bahkan jauh sebelum semua makhluq diciptakan, Allah telah menuliskan semua taqdir makhluqnya dari permulaan masa hingga hari akhir. Namun harus kita pahami bahwa taqdir itu tidak ada yang tahu kecuali hanya Allah. Jadi kita tidak bisa mengatakan –misalnya- bahwa saya ini tidak bisa jadi kaya karena taqdir Allah. Sebab dari mana kita tahu bahwa di masa yang akan datang itu kita tetap miskin?
Jadi bagi manusia dan semua makhluq yang namanya taqdir Allah itu adalah hal ghaib dan misteri. Karena itu haram hukumnya seseorang berpangku tangan tidak berusaha dengan alasan sudah taqdir. Padahal Allah sendiri sebagai Penulis Taqdir telah memerintahkan kita untuk berusaha dan bekerja serta berikhtiar. Karena itu menyalahkan taqdir adalah dosa karena melawan perintah Allah. Jauh hari sebelum kita, orang-orang dahulu pun pernah berselisih paham tentang takdir ini menjadi dua kubu yang ekstrem.
Yang pertama yang menyerahkan semua pada taqdir, tidak mau bekerja dan berusaha. Yang kedua yang tidak percaya pada taqdir dan berpendirian bahwa manusia 100% menentukan apa yang akan terjadi. Bagi Ahlussunnah wal jamaah, posisi yang benar adalah diantara keduanya, yaitu tidak menafikan taqdir tetapi tetap berusaha.
Wallahu a‘lam bis-shawab. Wassalamualaikum wr. wb.
Sumber : syariahonline