Sebelum berangkat ke Tanah Suci, Beliau menderita sakit kencing batu atau batu ginjal. Berbagai upaya medis telah dilakukan dan sehari-hari harus mengkonsumsi obat yang diresepkan telah dokter, dan itu berjalan cukup lama. Beliau menuturkan bahwa ketika kambuh, sakit yang luar biasa dirasakannya.
Nah pada saat beliau menunaikan ibadah haji tahun 1247 H, kendala utama yang masih dirasakan adalah penyakit tadi, sehingga dengan semangat yang luar biasa rasa sakit itu terkalahkan oleh kenikmatan bisa manjalankan rukun Islam ke 5 di tanah Suci. Aktivitas ibadah harian di Masjidil Haram beliau jalankan dengan iringan rasa sakit yang di deritanya dan untuk itu beliau tetap mengkonsumsi obat agar tidak mengganggu kenikmatan beribadah.Sampai suatu ketika, tepatnya ketika hendak pulang dari Masjidil Haram menuju pemondokan di sektor IV Jarwar Taisir, beliau mulai merasakan sakitnya kambuh. Permasalahan mulai muncul ketika obat yang di bawa dari tanah air sudah habis. Padahal menurutnya obat itu sudah dipersiapkan cukup selama berada di tanah Suci. Dengan tertatih pulang ke Pemondokan menggunakan taxi., padahal biasanya pulang dengan jalan kaki sejauh sekitar 1,5 km dari Masjidil Haram.
Sesampainya di Pemondokan, segera ditangani oleh Dokter Kloter dan Perawat Medis. Parahnya, saat itu obat untuk kencing batu di simpanan kloter tidak tersedia. sehingga dokter membuat resep dengan merujuk apotik sekitar sektor Jarwal. Ketua regu dan sejumlah teman segera mencari obat yang diresepkan.
Sementara Bapak H. Hariyanto sudah merintih menahan rasa sakit, hingga beliau mengeluarkan air seni bercampur darah yang sangat banyak. Kepanikan terjadi, sementara Ketua regu dan KBIH telah kembali dari Apotik dengan tangan kosong. Beberapa apotik telah dimasuki, tetapi semuanya obat yang dicari tidak ada.
Segala upaya telah dilakukan. Akhirnya dalam keadaan kepasrahan, dan keihklasan yang memuncak, beliau meminum lebih dari 3 liter air Zam zam yang dibawa dari Masjidil Haram. Dengan berdoa sekuatnya, Zam zam diminum sampai beliau tidak mampu meminumnya lagi. Setelah itu merebahkan diri di atas pembaringan sambil terus berdo’a dan menahan sakit karena keluarnya darah bercampur air seni.
Selang 30 menit lebih, beliau meminta agar diantar ke kamar kecil. karena merasakan ingin buang air kecil. Dengan tertatih dan menahan rasa sakit, menuju ke kamar kecil yang terletak di ujung kamar.Beliau menuturkan, ketika mengeluarkan air seni, tiba-tiba …. terdengar suara DUAKGGGG keras sekali menghantam dinding kamar mandi. Setengah tidak percaya dicarinya apa yang terlempar dari suara yang timbul tadi, lalu terdengar suara berteriak dari dalam kamar kecil itu kalimat Subhanalloh.Kami yang ada di luar merasa bingung dan ikut kaget, dan ternyata Pak Hariyanto keluar dari kamar kecil dengan air mata berlinang dan senyum kebahagiaan sementara tangan kanannya sambil menggegam Batu sebesar jempol kaki orang dewasa.
“Subhanalloh … Allohu Akbar …” berkali-kali beliau meneriakkan kalimat toyyibah sambil menunjukkan batu yang telah bertahun-tahun bersarang di dalam ginjal beliau. Di dalam kamar beliau langsung sujud syukur atas keajaiban yang telah dialaminya. Semua yang ada di dalam kamar melongo, takjub, merinding dan tidak mampu berkata apa-apa kecuali kalimat-kalimat toyyibah
Keajaiban dari Alloh SWT, saat itupula hilang semua rasa sakit yang dideritanya. Yang membuat takjub, saat batu itu terlempar, sama sekali tidak terasa sakit. Subhanalloh …
Benar apa yang disampaikan Baginda Rosululloh SAW, bahwa Zam zam itu adalah obat yang sesuai dengan apa yang diminta oleh peminumnya. Tentu saja sandaran doa tetap iklhas dan semata-mata mencari ridho Alloh SWT. Bukan pada airnya. Allohu Akbar, begitulah Alloh SWT kalau menghendaki kebaikan kepada hambaNya, melaui air surga, Zam Zam.
“Air zam-zam bermanfaat untuk apa saja yang diniatkan ketika meminumnya. Jika engkau minum dengan maksud agar sembuh dari penyakitmu maka Allah menyembuhkannya. Jika engkau minum dengan maksud supaya merasa kenyang maka Allah mengenyangkanmu. Jika engkau meminumnya agar hilang rasa hausmu maka Allah akan menghilangkan dahagamu itu. Ia adalah air tekanan tumit Jibril, minuman dari Allah untuk Ismail.” (HR Daruqutni, Ahmad, Ibnu Majah, dari Ibnu Abbas).
Hikmah yang dapat dipetik dari peristiwa yang dialami Bapak H. Hariyanto, adalah:
- setiap manusia pasti mendapatkan ujian dan cobaan sesuai dengan keadaannya. Alloh swt tidak akan menguji hambanya di luar batas kemampuan individu yang bersangkutan.
- dan dengan ujian itu sesungguhnya merupakan sarana menggembleng keimanan seseorang semakin mendekatkan diri atau justru menjauhkan diri pada Alloh SWT.
- menyelesaikan permasalahan harus dengan usaha yang maksimal dan tidak setengah-setengah. Karena keraguan justru seringkali menjadi penghalang utama. Ragu dan was was adalah kendaraan syetan laknatulloh dalam membelokkan keimanan manusia.
- Tidak berputus asa, tidak mudah menyerah dan tidak berpangku tangan tapi selalu berikhtiar.
- Setelah berupaya secara maksimal, maka semua itu dibungkus dengan do’a dan tawakkal, semata mencari ridho Alloh SWT . Dan Insya Alloh setiap masalah ada jalan keluar, setiap sakit ada obatnya.
http://www.djanganpakies.com/2011/05/hikmah-kejaiban-air-zam-zam-sebuah.html