Sedikit review cerita X-Men, Awalnya, Mystique sama sekali ga PD dengan penampilannya yang ga biasa ini. Makanya dia lebih sering tampil dalam wujud wanita normal biasa. Dia menganggap dengan berpenampilan seperti itu, lingkungan akan lebih dapat menerimanya. Tapi, suatu saat, Magneto menyadarkan Mystique bahwa bagaimanapun rupa fisiknya, dia harusnya bangga dengan itu. Jika dia sendiri ga bangga dan ga bisa menerima fisiknya yang seperti itu, bagaimana dia bisa berharap orang lain akan menerimanya. Sejak itu, Mystique mulai PD dan lebih sering tampil dalam wujud aslinya. Dia pun kemudian berprinsip: “Mutant and Proud”.
Aku pribadi tertarik dan suka sama ungkapan itu. Mutant and Proud. Mereka para mutan bangga dengan jati diri mereka, penampilan mereka, kelebihan dan kekurangan mereka. Mereka mensyukurinya. Sesuatu yang harus ditiru. Tapi bukan berarti kita harus ikut-ikutan jadi mutan. Cukup kita tiru saja sikap mereka. Bangga dengan jati diri mereka. Seperti halnya jikalau kamu adalah seorang Muslimah. Then, be proud of that. Declare loudly to the world that, “Yes! I am Muslimah! And I am Proud of that!”
Banggalah dan bersyukurlah dengan identitasmu sekarang sebagai seorang Muslimah. Banggalah dan bersyukurlah dengan hijab (jilbab) mu.
Tentang hijab ini, aku yakin setiap Muslimah punya cerita tersendiri. Aku, kamu, dia, dan setiap Muslimah punya kisahnya masing-masing tentang hijabnya…
Seperti kisah kontroversial Cennet Dogganay, seorang Muslimah dari Prancis yang berusia 15 tahun saat membotakkan kepalanya sebagai bentuk protesnya terhadap pelarangan memakai jilbab ke sekolah. Ada juga kisahMarwa Al-Sharbini, 32 tahun, yang meninggal dunia karena ditusuk oleh seorang pemuda Jerman keturunan Rusia pada Rabu (1/7/2009) di ruang sidang gedung pengadilan kota Dresden, Jerman. Saat itu, Marwa akan memberikan kesaksian dalam kasus penghinaan yang dialaminya hanya karena ia mengenakan jilbab. Belum sempat memberikan kesaksiannya, pemuda Jerman itu menyerang Marwa dan menusuk ibu satu orang anak itu sebanyak 18 kali. Suami Marwa berusaha melindungi isterinya yang sedang hamil tiga bulan itu, tapi ia juga mengalami luka-luka dan harus dirawat di rumah sakit. Serta masih banyak kisah-kisah lainnya.
Walaupun memang, tidak semua negara yang memberlakukan pelarangan tersebut. Bahkan ada juga negara yang mulai menghapuskan larangan berjilbab ke sekolah/kampus/kantor itu, seperti Turki. Alhamdulillah..
Nah, Muslimah Indonesia… Bisa dibayangin ya, gimana beratnya usaha saudari-saudari kita di luar sana untuk mempertahankan jilbabnya. Kita juga harus niru tu..
Bukankan Rasulullah telah memuliakan kita lewat perkataannya: “Dunia ini adalah perhiasan, dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita shalihah“ (HR. Muslim). Ayo kita kaffahkan ke-Islaman kita dengan berhijab.
Hai Nabi! Katakanlah kepada istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang mu’min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka.” Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. (Q.S. Al-Ahzab: 59)
“Katakanlah kepada wanita yang beriman: “Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita…” (An-Nur:31).
Terakhir, mengutip kata salah seorang saudari saat Forum Annisa di kampus, “Jadi Muslimah itu tidaklah mudah, tapi sangatlah indah… “
Keep hamasah!! ^^
*Ditulis untuk memperingati International Hijab Solidarity Day, 4 September 2011
Sumber : http://islamadinafifa.wordpress.com/2011/09/04/muslimah-and-proud/