Hani Khan dari San Mateo, California, menyatakan para manager toko tersebut telah memberi tahu dia agar membuka jilbabnya sebagai bagian dari “Look Policy” rangkaian toko pakaian itu, kata Dewan Hubungan Islam-Amerika (CAIR) di dalam satu pernyataan.
Hani Khan dipecat dari pekerjaannya di toko Abercrombie & Fitch di California pada Februari 2010, setelah ia bekerja di sana selama empat bulan, ketika ia menolak untuk mematuhi permintaan para manager toko itu, kata CAIR.
“Ketika saya diminta untuk membuka penutup kepala saya, setelah saya dipekerjakan, semangat saya runtuh dan saya merasa tak diingini,” kata Hani Khan.
“Saya, yang tumbuh-besar di negeri ini, tempat jaminan kebebasan beragama Bill of Rights, merasa sedih,” katanya.
Setelah dipecat, Hani Khan menyampaikan keluhan ke US Equal Employment Opportunity Commission, yang pada September 2010 memutuskan Hani Khan telah menjadi korban diskriminasi. Ia mengajukan tuntutan hukum terhadap Abercrombie & Fitch setelah gagal mencapai kesepakatan penengahan dengan toko pengecer tersebut, kata CAIR.
“Abercrombie & Fitch tak bisa bersembunyi di balik `Look Policy` untuk membenarkan tindakan melanggar hak sipil Hani Khan,” kata Araceli Marinez-Olguin, pengacara yang mewakili Muslimah itu, di dalam satu pernyataan sebagaimana dikutip AFP –yang dipantau ANTARA di Jakarta, Selasa.
Abercrombie & Fitch, pengecer pakaian yang berorientasi pemuda dengan reputasi buruk karena iklannya menampilkan model muda yang berpakaian minim, telah berulangkali menghadapi masalah hukum akibat “Look Policy”-nya. Pengecer tersebut memandang kebijakan itu penting buat “citra pemasarannya”.
Pada September 2009, pemerintah AS menuntut perusahaan tersebut karena melakukan diskriminasi terhadap seorang Muslimah di Tulsa, Oklahoma. Perempuan itu menuduh perusahaan tersebut telah menolak untuk memperkerjakannya sebab ia memakai jilbab.
Kasus serupa pada 2008, seorang Muslimah mengatakan seorang manager di satu toko Abercrombie & Fitch di Milpitas, California, telah menulis “bukan penampilan Abercrombie” di formulir wawancaranya dan menolak untuk menerima perempuan itu sebagai pegawai setelah Muslimah tersebut mengajukan lamaran pekerjaan.
Tahun lalu, pemerintah AS menuntut perusahaan itu karena melakukan tindakan diskriminasi sehubungan dengan kejadian tersebut.
(ant/afp)