Dengan seluruh tubuh dan wajah tertutup oleh abaya hitam, Aya Ali al-Mulla, 18 tahun, dinobatkan sebagai “Ratu Kecantikan Moral”. Ia memenangkan sebuah mahkota, perhiasan, dan perjalanan wisata ke Malaysia.
Tidak adanya kompetisi baju renang atau gaun malam dan pemberitaan heboh media terhadap kontes kecantikan adalah penekanan dalam kontes Saudi yang diselenggarakan di kota Safwa itu.
Sebaliknya, sang pemenang dan dua putri runner-up harus menjalani tiga bulan tes atas rasa bakti mereka terhadap orangtua dan keluarga masing-masing, serta pelayanan mereka terhadap masyarakat. Tes itu menguji sisi psikologis peserta, kesadaran sosial dan budaya menjadi poin penting dalam menentukan pemenang.
Mullah, seorang lulusan SMA, mampu mengalahkan rival-rivalnya dan memperoleh nilai yang tinggi. Ia berharap dapat melanjutkan pendidikannya ke bidang medis.
Mullah memperoleh hadiah uang sebesar 5.000 riyal ($1.333), kalung mutiara, jam tangan berlian, dan sebuah tiket perjalanan ke Malaysia.
Runner-up pertama yang berusia 20 tahun telah memenangkan beasiswa dari kementerian pendidikan dalam kompetisi berjudul “Aku mencintaimu negeriku”. Sedangkan runner-up kedua yang baru berusia 15 tahun dilaporkan selalu merawat rumah dan keluarganya sepanjang minggu karena sang ibu bekerja jauh dari rumah dan hanya bisa pulang di akhir pekan.
Kontes kecantikan yang menekankan pada kecantikan fisik tidak ada di Saudi, di mana wanita tidak boleh berdekatan dengan pria, dan harus bepergian dalam keadaan tertutup.
Penyelenggara kontes ini, Khadra al-Mubarak, fokus pada kecantikan dari dalam diri, seperti yang diajarkan dalam Islam. Mereka mengesampingkan kesempurnaan tubuh atau wajah.
“Ide dari kontes ini adalah untuk mengukur komitmen peserta terhadap moral Islam. Ini merupakan sebuah alternatif dari dekadensi dalam kontes kecantikan lain yang hanya menilai wanita dari kecantikan fisiknya saja, ” ujar Mubarak.
“Sang pemenang tidak harus cantik,” tambahnya. “Kami hanya menilai kecantikan jiwa dan moral.”
Sekitar 200 peserta menghabiskan waktu tiga bulan mengikuti kelas-kelas dan menjalani berbagai kuis dengan tema-tema seperti “Menemukan kekuatan dalam dirimu”, “Penciptaan seorang pemimpin”, dan “Ibu, surga ada di telapak kakimu”. Mereka juga menghabiskan satu hari di sebuah vila bersama ibu masing-masing, di mana mereka akan diamati oleh para juri dan dinilai tentang interaksi mereka dengan sang ibu.
Karena kontes ini tidak disiarkan di televisi dan tidak melibatkan pria, maka para peserta dapat melepaskan hijabnya yang selalu dikenakan di depan umum.
“Pemenang sebenarnya dalam kontes ini adalah masyarakat. Sang pemenang mewakili budaya masyarakat dan moral Islaminya yang tinggi,” ujar Mubarak.
Kontes Kecantikan Moral adalah contoh terbaru dari upaya kaum Muslim mengadopsi format Barat untuk menyebarkan pesan-pesan mereka di tengah gempuran budaya asing melalui televisi dan internet.
Kontes ini terbuka untuk wanita berusia 15 hingga 25 tahun.
Pemenang tahun sebelumnya, Zahra al-Shurafa, mengatakan kontes ini mendorong para wanita dan remaja untuk lebih menunjukkan rasa bakti mereka terhadap orangtua.
“Saya katakan, dalam kontes ini yang terutama bukanlah soal kemenangan,” uajr al-Shurafa. “Yang paling penting adalah soal kepatuhan pada orangtua.” (rin/aby/nt) (Suara Media)